Minggu, 21 Juli 2013

Happy Milad Ibu

21 Juli 1966 - 21 Juli 2013, 47 tahun sudah usia beliau hari ini. 24 tahun aku mengenalnya sebagai sosok wanita tangguh yang sederhana dengan senyum yang sehangat mentari pagi. Beliau yang selalu menjadi langit teduh bagi atta, saya, ikki, dan indah. Beliau yang belakangan ini ku ketahui sering menangis diam-diam dalam doanya. Maaf karena sampai hari ini mungkin seujung jaripun aku belum mampu memberi sebuah kebahagiaan dan kebanggan buatmu.
Terimakasih untuk harapan tulus yang kamu panjatkan untuk kami yang sering membuatmu kepayahan mengurus kami. Terimakasih untuk cinta dan kesabaran tanpa batas yang kamu tunjukkan ke kami.
Terimakasih tanpa batas kami untukmu dan Selamat Milad Ibunda kami tersayang, Aryani Rachman.


"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana keduanya memeliharaku waktu kecil." (Q.S Al Israa':24)
Sent from BlackBerry® on 3

Kamis, 18 Juli 2013

WARIA


Sy dulu sempat memposting pertanyaan "Waria kalau sholat pakai mukena atau kopiah?". Ada banyak komentar yg muncul. Ada yg jwb mukenah ada yg jwb kopiah. Ada juga yg menyuruh sy bertanya langsung.
2 minggu yg lalu di event MIWF2013 peserta sharing class diberi buku berjudul "Aku Bukan Waria Panggil Aku Manusia".

Buku ini 312 halaman berisi kumpulan puisi dan cerita mini. Curahan hati waria dan orang-orang yg pernah berinteraksi dengan waria.

Lalu apa hubungan buku ini dan pertanyaan saya?. Ada satu cerita mini dalam buku ini yang berjudul "Aku dan Shalat Jumat" yang menjawab pertanyaan saya. Ternyata waria (tidak mengeneralkan) jika sholat mereka kembali ke fitrahnya. Menghadap Sang Maha Kuasa dengan pakaian laki-laki. Kadang mereka malah membawa baju koko dalam tas mereka.

Ada 1 kalimat dalam buku ini yang menarik perhatian saya, "Kami terlahir sebagai pria dan kembali (meninggal) akan sebagai pria. Tapi diantara keduanya biarkan kami menjalani hidup sebagai perempuan"
Terenyuh saya membaca puisi-puisi yang merupakan curahan hati mereka.
Saya sempat berdiskusi dengan adik saya. Aida Mutia Fahmi, "Kalimatnya menyentuh mereka ingat Allah, melaksanakan perintahNYA, tapi tetap menjalankan maksiat. Ironis", ujarnya. Saya sependapat dengannya.

Munculnya kaum seperti ini (mungkin) bukan lagi hal yang tabu di kalangan masyarakat. Cacian, hinaan, bahkan stigma yang berkembang bahwa jika berinteraksi dengan mereka akan mendatangkan kesialan kerap kali dialamatkan ke mereka. Padahal orang yang mencaci pun belum tentu lebih baik dari yg dicaci hidupnya. Mereka tau mereka salah dan mereka tau kelak mereka harus bertanggungjawab pada Sang Pencipta.


Makassar, 18 Juli 2013

Nur Syarianingsih Syam

Senin, 15 Juli 2013

Eksotisme Rammang Rammang

Ngabuburit hari ini gw isi dengan "mencuci mata, otak dan hati" ke kawasan karts Rammang Rammang di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros. Kepergian gw kali ini memang dadakan, bisa dibilang tidak direncanakan dan hanya ditemani 5 kawan dari Penyala Makassar. Oh iyah awal keinginan gw pergi ke Rammang-Rammang dipicu setelah menyaksikan tayangan Ring Of Fire Adventure.


Kembali ke judul Eksotisme Rammang-Rammang, memasuki wilayah pedesaan Salenrang, mata sudah dimanja. Di bawah langit biru teduh, hamparan sawah yang mulai menguning dengan latar belakang gugusan karst dan rumah-rumah kayu penduduk membuat gw tidak berhenti mengucapkan "Subhanallah".
Setelah menemukan tempat parkir kendaraan, berenam kami berjalan santai sejauh setengah kilometer menuju dermaga sungai yang di kanan kirinya tumbuh pohon nipah. Di dermaga rupaya kami kalah cepat mendapatkan perahu sampan oleh wisatawan asing.


Setelah berusaha meyakinkan Hendra, akhirnya kami sepakat untuk meneruskan perjalanan menuju ke Telaga Bidadari. Petualangan seru dimulai, tersasar ke lahan sawah, bersusah payah melewati lumpur, melewati sungai dangkal, rawa-rawa dengan variasi kedalaman setengah meter hingga setinggi pinggang, naik turun bukit, sandal jepit yang berkali-kali tenggelam di lumpur pijakan dan nyari putus akhirnya kami semua bisa berseru Alhamdulillah.

Di hadapan kami tersaji sebuah telaga yang airnya jernih dan segar, tidak ada satupun ikan yang nampak berenang. Telaga yang tersembunyi diantara tebing. Jika kami semua sedang tidak dalam ibadah ramadhan, gw yakin kami semua sudah pasti berenang di Telaga bidadari.


Puas berfoto-foto dan kompaknya pemikiran khawatir akan turun hujan deras yang akan membuat sungai yang harus kami lewati pasang, kami akhirnya memutuskan beranjak pulang. Sama seperti saat mencari telaga, untuk mencari rute pulang pun kami tetap nyasar, hingga terpaksa menerobos rawa-rawa yang lumayan luas. "Kalau tidak nyasar, kita tidak akan menemukan jalan lain" kata Hendra begitu tiba di sebuah surau di tengah dusun. Di Surau kami membersihkan diri, shalat lalu istrahat sejenak menunggu hujan reda.

Sekitar setengah jam kami kembali berjalan menuju tempat mobil terparkir. Saat berjalan kami kadang menjumpai monyet-monyet liar yang mengintai tanaman pisang warga. Kadangpula kami berhenti sesekali melihat ikan-ikan warga di tambak alami.

Sesi berfoto kami lanjutkan di karst yang memang jadi tujuan utama kami. Perjalanan ke dalam gua-gua karst menjadi tidak mudah karena genangan air di sekitar karst sudah melewati lutut dan lumpur yang kami pijak semakin dalam. Kembali kami terpaksa harus melepas sendal. Celah-celah batu ini mengingatkan gw kawasan Canyon Park di film 127 hours. Lorong-lorong di sepanjang bebatuan menjulang ini semuanya digenangi air, adapula ikan-ikan yang berenang bebas seolah menyambut kami.




Puas menjelajah di Karst, kami memilih istrahat sejenak di rumah warga sambil bersih-bersih (lagi). Sungguh perjalanan kali ini membuat rasa penasaran kami akan Rammang-Rammang sedikit terlunasi. Mungkin saat musim kemarau gw akan ke sana lagi, entah dengan siapa. Dengan Lo, mungkin? :D


Di dalam angkot, 14 Juli 2013

-NSNS-

Selasa, 09 Juli 2013

Hujan-Hujanan Itu Seru!

Terkadang melakukan aktivitas di luar kebiasaan itu menyenangkan. Aktivitas yang gw maksud disini tentunya bukan yang negatif.

Akhir-akhir ini setiap sore makassar selalu diguyur hujan. Hari ini gw sengaja hujan-hujanan bareng adik tengah gw. Iseng? Jelas. Menurut gw sekali-sekali ini, kalau keseringan mah itu nyari penyakit, nyari ribut juga sama ibu kalau ketahuan.

Awalnya gw cuma ngeliatin anak-anak kecil di pekarangan yang sibuk saling mengejar, bermain bola. Tapi entah mengapa teriakan mereka seolah memanggil sisi kekanakan dalam diri gw untuk turut menari di bawah rinai hujan.
Gw menikmati setiap bulir air hujan yang menyentuh wajah gw. Menikmati suara hujan yang menimbulkan irama teratur.

Usia gw akan memasuki seperempat abad, apa yang gw lakukan siang tadi bagi sebagian teman seumuran gw mungkin dianggap terlalu kekanak-kanakan. Tapi bagi gw ini adalah salah satu cara gw menyalurkan rindu masa kecil setelah sekian lama. Mungkin juga sebagai bentuk pengharapan semoga semua masalah yang numpuk di otak gw luruh bersama rinai hujan yang membasuh kepala gw, menyegarkan pemikiran dan hati gw. Dan tentunya ini cara gw mendekatkan diri ke adik-adik gw yg gw ajak ikutan hujan-hujanan. Hahahaha

Kesenangan dan keisengan kami berhenti tatkala ibu terbangun dari tidur siangnya dan menemukan kami bertiga sedang bermain hujan, menyuruh gw secepatnya mandi dengan air hangat. Beliau khawatir karena adik bungsu gw memang sempat demam. Dan ternyata terbukti sekarang suhu badan kami bertiga lebih tinggi dari sebelumnya. Kapok? Jelas tidak. Kata Indah (adik bungsu gw), ini kado terbaik yang ia dapatkan di hari miladnya. Bagi gw pribadi, kalau bisa kapan-kapan gw mau mandi hujan lagi, mungkin mengajak teman-teman Penyala :D


Selepas hujan, 08 Juli 2013


-NSNS-

*PS : happy milad kesayangan keluarga Nur Sarah Maulindah Syam
Sent from BlackBerry® on 3

Yaa Ar Rahmaan titip rindu untuk Abd. Rahman


Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa.
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu.
Kau nampak tua dan lelah.
Keringat menguncur deras, namun kau tetap tabah.
Meskipun nafas mu kadang tersengal.
Memikul beban yang makin sarat.
Kau tetap bertahan.

Larik penggalan lagu di atas mengantarku pada satu sosok. Hmmm what should I say about him???
Sejak kecil aku terlanjur dengan beliau. Lumrah mungkin karena aku adalah cucu pertama beliau. Sosok pria yang menggantikan peran ayah kandung, ketika ayah ku harus bekerja. Beliau adalah ayah ibuku. Kakekku, hanya saja sejak kecil aku lebih suka memanggil beliau dengan sebutan "bapak".
Beliau adalah pensiunan TNI. Sosok tegas namun ramah kepada siapapun, bahkan menurutku beliau sangat murah hati. Aku sempat berpikir, pada masanya beliau mungkin menjadi dambaan banyak wanita. Aku mengagumi perilaku beliau yang tidak segan melakukan pekerjaan wanita, tanpa melalaikan tugasnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Dulu sewaktu aku kecil, kerap kali beliau membuatkan ku sarapan. Beliau juga pandai merawat tanaman. Satu lagi yang aku kagumi dari sifat beliau, tidak ada keluhan yang pernah ku dengar terlontar dari lisan beliau. Setidaknya dihadapanku.
Perpaduan sinergas antara ramah, murah senyum, tidak pernah mengeluh, bahkan saat beliau menderita stroke selama 3 tahun sisa hidup beliau, hingga sosok tersebut kembali kepada Ar Rahmaan, membuatnya begitu dihormati dan dicintai.
Mengecat rumah bersama, olahraga pagi, pergi ke stadion menyaksikan PSM berlaga, pergi ke pasar ikan, melatihku bersepeda, mengajari ku mengeja setiap huruf Al Quran, menjemputku pulang sekolah, mengajariku cara menggunakan stetoskop, semua kepingan kenangan itu terputar di otakku saat ini. Merasakan seperti baru kemarin semuanya terjadi.
Mengenang beliau, selalu mengingatkanku tanggal itu, 7 Juni 1999, pukul 00.10 WITA. Tepat dini hari menjelang pemilu, beliau berpulang pada DZAT yang selalu kita nantikan pertemuan denganNYA. Mendung mendesak awan melepaskan butiran-butiran bening dari langit menghantar kepergian beliau. Tubuhnya terbalut kain putih, wajahnya dipalingkan menghadap kanan. Momen itu menyisakan gurat sedih di wajah-wajah yang beliau tinggalkan, wajah yang masih diberi kesempatan menghirup udaraNYA. Gundukan tanah merah perlahan menindih jasad beliau, menghalangi pandanganku. Membuat jarak antara aku dan beliau semakin nyata.
13 tahun sudah Ramadhan tanpa beliau. Dan saat menuliskan tiap huruf dalam tulisan ini membuat air mataku tak terbendung lagi.

Yaa Ar Rahmaan lapangkanlah kubur beliau.
Terangilah kubur beliau dengan cahayaMU yang tidak pernah pudar.
Yaa Ar Rahmaan terimalah amal ibadah beliau.
Yaa Ar Rahmaan, rahmatilah ibunda hamba dan hamba sebagai anak sholeh, agar kami mampu mendoakan beliau.
Sampaikan kepada beliau, larik yang belum sempat ku bahasakan di hadapan beliau. Terimakasih ku, bahwa aku mencintai beliau.


Yaa Ar Rahmaan ku titip beliau pada MU.
Yaa Ar Rahmaan ku titip salam rinduku untuk beliau, Abd. Rahman.



Di Seperempat malam, 9 Juli 2013,



-NSNS-