Jumat, 21 Juni 2013

LANGIT ITU......

Langit Maros 07062013

Dari dulu gw udah suka langit. Tapi entah sejak kapan persisnya gw suka memandang langit. Meskipun kadang-kadang gw lupa atau ga  sadar untuk ngeliat langit setiap kali berada diluar ruangan, tapi setiap kali gw “sadar” memandang langit, gw pasti sangat menikmatinya. Menikmati pergantian warna dari hitam bertabur bintang, merona menjemput pagi, biru berawan saat siang, dan merona jingga saat senja. Selain suka memandangi pergantian warna langit, gw juga suka memandangi pergantian fenomena langit yang menurut gw seperti mimik wajah. Mendung, cerah, berawan ataupun mengantarkan hujan. 

Langit Samalona 12012011

Dulu pernah ada yang ngomong ke gw “Aryo, saya ga bisa kasih apa-apa di hari ulangtahunmu, tapi lihat ke langit Allah selalu ngasih sesuatu buat kamu, buat saya, buat kita. Langit biru yang indah, salah satu hadiah terindah dari Allah”. Sampai sekarang dia pasti ga nyadar kalo kata-katanya itu terngiang-ngiang di telinga gw, karena atta gw dulu juga pernah berkata hal yang hampir serupa. 

Langit Makassar 09062013

Sadar atau ga, gw sangat menikmati memandangi langit ketika gw berada ditempat yang berbeda. Baik itu langit siang ataupun langit malam. Gw suka banget liat langit malam di kampung kelahiran atta gw di Tombolo' Pao. Keren banget! Ada jutaan bintang disana! Gw juga suka ngeliat langit-langit ditempat lain. , dengan keyakin, meski berada di satu bumi dan di bawah langit yang sama satu tempat dengan tempat lain, punya "warna", "nada", "rasa", "cerita" langit yang berbeda. 

Langit Ulumanda 10062013

Akhir-akhir ini gw sering menjepret langit yang indah kemudian gw share melalui akun jejaring sosial, tapi yah ini semua ga akan seindah bila kalian memandangnya sendiri. Sesekali mendongaklah ke langit, sayang kalau keanggunan langit dilewatin gitu aja. Mungkin memandang langit adalah perkara sepele?, Tapi buat gw untuk membuat hati ini merasa lebih baik kadang yang perlu kita lakukan hanyalah melakukan hal-hal yang sepele yang sering terlupakan oleh kita.


Langit Pinrang 09062013

Langit Pare Pare 17062013


Langit Mamboro 14062011

Langit Makassar 05082011


Langit Makassar 13062013


Di bawah langit Ibukota Negara, 21 Juni 2013


_NSNS_

Kamis, 20 Juni 2013

Kejujuran dalam Pendidikan (Temani Aku Bunda)

Ingatkah kita di 2011 lalu siaran televisi ramai memberitakan kisah anak SD yang disuruh pihak sekolah memberikan contekan untuk teman-temannya sewaktu Ujian Nasional. Kini kisah tersebut diangkat menjadi sebuah film dokumenter bertitel “Temani Aku Bunda”

Film ini mengisahkan seorang siswa SD (Muhammad Abrary Pulungan/Abrar) yang diminta menandatangani perjanjian kesediaan untuk memberikan contekan massal kepada teman-temannya, dan untuk tidak memberitahukan tentangnya kepada siapapun justru menceritakan kepada orang tuanya. Orangtua Abrar yang mengapresiasi kejujuran anaknya kemudian memperjuangkan sikap anaknya ke sekolah maupun ke instansi pemerintah. Namun, tak ada hasil hingga sekarang, malah Abrar dikucilkan dan diejek oleh teman sekolah maupun teman main di rumah. 

Film dokumenter berdurasi 77 menit yang diproduksi oleh Yayasan Kampung Halaman ini mengajak masyarakat bersama-sama peduli untuk memberikan kenyamanan pendidikan untuk anak Indonesia. Film ini merekam jejak-jejak perjalanan keluarga Abrar dalam menempuh jalur hukum dalam memperjuangkan haknya untuk JUJUR.

Dari film dokumenter ini ada beberapa kalimat dari Abrary yang patut kita renungi,
1."Bunda, saya tidak mau ada siswa bodoh dapat nilai bagus. Kalau pemimpinnya orang bodoh, nanti Indonesia bisa roboh."
2. "Guru harus percaya pada kemampuan muridnya sendiri"

Film yang sarat akan makna ini mengajarkan bahwa kejujuran butuh keberanian luar biasa dengan mental baja. Selain itu, di film ini juga terselip pesan untuk orang tua agar tidak membebani anak dengan nilai-nilai akhir yang harus mereka penuhi tanpa pernah membimbing mereka melalui prosesnya dengan sikap yang jujur. 

Lalu apa pesan moril yang bisa kita ambil dari film ini sebagai penonton dan korban dari sistem pendidikan?
Kalau saya adalah bagaimana membangun lingkungan yang ramah terhadap anak, dimana menghargai pendapat anak tanpa kekerasan, seharusnya menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan juga negara.









<<< M. Abrary P

Penyala Makassar bersama Ibu Irma dan Abrar seusai nonton bersama 

Makassar, 08 Juni 2013

_NSNS_

Belajar Dari Anak-Anak TK

Hari ini gw diajak oleh seorang kakak yang bekerja di yayasan sebuah perusahaan ternama untuk menjemput buku yang akan didonasikan melalui Penyala Makassar . Karena suatu hal kami akhirnya memilih untuk singgah di TK binaan tempatnya bekerja. Oh iyah kunjungan kali ini gw malah mengajak dua teman gw, Dimas dan Dini. 

Begitu membuka pintu mobil, mata gw langsung tertuju ke sekumpulan anak-anak TK yang sibuk bermain. Setelah berkenalan dengan guru-guru TK gw langsung memulai interaksi dengan anak-anak TK. Awalnya gw mendekati seorang anak yang nampak sibuk bermain wahana putar, binggo gw mendapatkan perhatiannya, kami saling berkenalan dan langsung memulai permainan yang tentu saja membuat saya pusing. Sementara Dimas mendapat banyak perhatian dari anak-anak yang bermain jungkat jungkit. Dini lain lagi, dia mencoba berinteraksi dengan anak-anak TK yang bermain ayunan. 

Setelah bermain terpisah, gw dan Dini yang melihat gelagat lelah dari Dimas mulai berusaha menarik perhatian anak-anak TK yang sepertinya tidak kehabisan energi tersebut. Kami berdua memilih duduk di dalam ayunan sambung, melakukan perkenalan dan akhirnya mengajak mereka untuk bernyanyi bersama. 

Ada banyak lagu yang kami nyanyikan, hafalan rukun islam, iman, dan Pancasila pun tak ketinggalan kami lantunkan. Sampai akhirnya setelah menyanyikan lagu "1 ditambah 1", seorang anak protes ke gw karena saat menyanyi lirik "1 ditambah 1 sama dengan 2" kedua telunjuk gw (kiri dan kanan) gw acungkan sebagai pengarah angka 1. Menurutnya itu contoh yang salah, angka 1 hanya ditunjukkan dengan mengacungkan 1 jari saja. "Yang ini 1 kalau yang tadi ibu lakukan itu 2, Bu Guru", katanya seraya menunjukkan apa yg gw lakukan tadi. Gw cuma bengong, sementara Dini dan Dimas tertawa membenarkan kepolosan anak tersebut. 

Pagi tadi gw belajar, terkadang kita perlu menggunakan cara pandang anak kecil yang polos dan sederhana dalam menilai suatu objek. 























<<< Gw dan anak-anak TK bermain wahana putar yang bikin pusing
Dimas dan anak-anak TK yang berebutan main jungkat jungkit











<<< Dini yang sibuk tertawa menikmati kepolosan anak-anak TK









Makassar 06 Juni 2013

_NSNS_

MEMBACA BUKU


“Khairu jaliisin fi al-zamaani kitaabun”
(sebaik-baik teman di setiap saat adalah buku)

Kita semua tahu bahwa buku merupakan sumber informasi, lautan ilmu dan samudera pengetahuan. Dengan meyelaminya, kita akan mendapatkan hal-hal baru, yang mungkin tidak pernah kita ketahui sebelumnya selama ini.

Buku ibarat belantara pengetahuan tak berujung, lautan ilmu tak bertepi dan mayapada informasi tak berkesudahan. Siapa saja yang bisa masuk menjelajah ke dalamnya, akan menemukan mutiara terpendam yang tak ternilai. Dan, ketika mutiara itu sudah ditemukan, siapa saja akan merasa ingin selalu mencari mutiara-mutiara lainnya yang masih terpendam di balik lembaran-lembaran berjuta-juta buku lainnya.

Masyarakat suatu bangsa yang mencintai buku, menjadikan buku sebagai menu wajib yang selalu menyertai dalam aktifitas keseharian, membudayakan aktifitas membaca di setiap saat, akan tampil sebagai bangsa dengan tingkat peradaban yang tinggi. Bagaimana dengan bangsa kita?. Maukah kita menjadikan membaca sebagai sebuah budaya? Jika ya, mulailah memberi contoh kebiasaan membaca kepada anak-anak sejak dini.

_NSNS_

VISI YANG MEMPERTEMUKAN MEREKA



Siang itu di tengah cuaca panas Kota Makassar gw berjanji bertemu dengan seorang kawan yang datang dr luar kota u/ mengambil video inspirasi bagi murid-muridnya. Obrolan pembuka kami hanya seputar kapan dia sampai dan akan pulang jam berapa. Selanjutnya sambil menunggu dia menyelesaikan download-tannya, gw menceritakan perkembangan komunitas yang membuat gw berkenalan dengannya. Apa yang kami bahas adalah teman-teman komunitas yang ternyata memiliki ketertarikan satu sama lain. Iyah benar dalam komunitas yang gw ikuti kali ini, ada beberapa diantaranya yang justru cinlok.
“Percaya g, kalau kamu akan dipertemukan dengan orang yang 1 visi dengan kamu?“, tanyanya. *bertemu disini maksudnya mungkin bertemu jodoh*. Waktu itu gw hanya tersenyum tidak membenarkan juga tidak menyalahkan pertanyaan tersebut.
Gw hanya mengamini pemikiran bego gw yang sebenarnya agak tidak nyambung dengan pertanyaan kawan gw. Allah telah mengatur hidup kita dengan sangat apik. Kita mungkin akan dipertemukan dengan orang yang sevisi namun memiliki karakter yang berbeda tujuannya untuk saling melengkapi satu sama lain.
Hari ini setelah melihat isi timeline akun socmed gw pun mengamini pertanyaan kawan tersebut. Benar kesamaan visi telah mempertemukan karakter-karakter mereka yang berbeda. Semoga kita dapat terus bertahan di bawah payung visi yang sama.


Makassar, 19062013

-NSNS-

Jumat, 14 Juni 2013

Majene Sebuah Wisata Hati

Jika sebelum-sebelumnya gw melakukan perjalanan ke luar provinsi dengan menggunakan pesawat dan tujuan keberangkatan gw murni karena kerjaan atau mengunjungi saudara, perjalan kali ini beda. Perjalanan gw kali ini tidak menggunakan pesawat sebagai alat transportasi, melainkan mobil. Perjalanan gw kali ini tidak mengunjungi teman-teman Pengajar Muda V di provinsi Sulbar, Kota Majene.

Perjalanan gw kali ini bersama teman- teman baru di Penyala Makassar, perjalanan yang terasa beda, karena kami membawa berkardus-kardus buku. Perjalanan jauh yang menyenangkan untuk hati dan pikiran kami. Bertemu dengan masyarakat yang ramah dan murid-murid SD yang punya semangat menjadi orang-orang berguna. Ada banyak pelajaran yang gw ambil dari perjalanan ini. Perjalanan ini Gw sebut  wisata hati.

Di Majene kami mengunjungi  1 SD, 3 Desa di 2 Kecamatan, Ulumanda dan Tammero’do. Perjalanan menuju kedua ke 3 desa (Rura, Tatibajo, Ulidang), merupakan petualangan yang baru buat gw pribadi. Jalanan yang kami lalui tidak semulus jalanan poros kecamatan, Jalanan menuju SD dan desa merupakan jalan berbatu yang harud menggunakan truk untuk mendaki.







Ada banyak kisah lanjutan yang terjalin setelah pulang dari Majene. Anak-anak yang berani mengirim surat kepada Penyala Makassar salah satunya :)