Kamis, 18 Juli 2013

WARIA


Sy dulu sempat memposting pertanyaan "Waria kalau sholat pakai mukena atau kopiah?". Ada banyak komentar yg muncul. Ada yg jwb mukenah ada yg jwb kopiah. Ada juga yg menyuruh sy bertanya langsung.
2 minggu yg lalu di event MIWF2013 peserta sharing class diberi buku berjudul "Aku Bukan Waria Panggil Aku Manusia".

Buku ini 312 halaman berisi kumpulan puisi dan cerita mini. Curahan hati waria dan orang-orang yg pernah berinteraksi dengan waria.

Lalu apa hubungan buku ini dan pertanyaan saya?. Ada satu cerita mini dalam buku ini yang berjudul "Aku dan Shalat Jumat" yang menjawab pertanyaan saya. Ternyata waria (tidak mengeneralkan) jika sholat mereka kembali ke fitrahnya. Menghadap Sang Maha Kuasa dengan pakaian laki-laki. Kadang mereka malah membawa baju koko dalam tas mereka.

Ada 1 kalimat dalam buku ini yang menarik perhatian saya, "Kami terlahir sebagai pria dan kembali (meninggal) akan sebagai pria. Tapi diantara keduanya biarkan kami menjalani hidup sebagai perempuan"
Terenyuh saya membaca puisi-puisi yang merupakan curahan hati mereka.
Saya sempat berdiskusi dengan adik saya. Aida Mutia Fahmi, "Kalimatnya menyentuh mereka ingat Allah, melaksanakan perintahNYA, tapi tetap menjalankan maksiat. Ironis", ujarnya. Saya sependapat dengannya.

Munculnya kaum seperti ini (mungkin) bukan lagi hal yang tabu di kalangan masyarakat. Cacian, hinaan, bahkan stigma yang berkembang bahwa jika berinteraksi dengan mereka akan mendatangkan kesialan kerap kali dialamatkan ke mereka. Padahal orang yang mencaci pun belum tentu lebih baik dari yg dicaci hidupnya. Mereka tau mereka salah dan mereka tau kelak mereka harus bertanggungjawab pada Sang Pencipta.


Makassar, 18 Juli 2013

Nur Syarianingsih Syam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar