Jumat, 29 Juni 2012

Menunggu itu Membosankan !

Hari ini gw mengantar ibu ke salah satu RS Pemerintah untuk memeriksakan kesehatan beliau, karena beberapa hari belakangan mengalami rasa sakit di bagian perut.

Setelah berkutat di bagian loket
Jamkesmas selama 15 menit, gw menemani ibu menunggu dokter di selasar poliklinik RS tersebut. Lebih dari dua jam, gw dan ibu menunggu sang dokter. Peredaran detik dan menit itu, dilalui dengan kegelisahan yang terpancar dari wajah ibu gw, sambil sesekali ibu meringis menahan sakit. “Dokternya lama sekali” kata ibu gw dengan nada sedikit mengeluh. Tapi kami tak beranjak, terus menunggu hingga dokter yang dinanti masuk ruangan. Gw mengedarkan pandangan saat itu bukan hanya dokter di poli tempat ibu gw akan melakukan pemeriksaan kesehatan yang dinantikan kedatangannya, tetapi 4 poli lainnya pun menunggu kedatangan dokter.  Selang beberapa menit akhirnya dokter yang dinantikan datang juga, ternyata mereka baru saja menghadiri rapat.

Fragmen klasik, tentang lambannya dokter masuk bertugas sering terjadi di RS ini , meski secara fisik, peralatan kesehatan maupun menajemen/adminstrasi rumah sakit, relatif kian membaik. Harapan pasien yang tinggi akan perhatian dan jamahan tangan dokter sebagai obat psikologis untuk meringankan sakit mereka, tetap saja terasa mahal di rumah sakit yang justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun ini. 
 
Entah  apa yang mempengaruhi sehingga RS ini senantiasa mengalami peningkatan jumlah pasien. Namun, peningkatan jumlah kunjungan pasien ini tidak lantas menjadi pembenaran sehingga keluhan masyarakat tidak ditanggapi secara serius. Seperti yang gw utarakan tadi. Hal klasik misalnya keterlambatan kedatangan dokter serta jam kerja dokter yang baru bertugas pukul 10.00 dan selesai 12.00, mestinya mendapat respon yang serius dari pihak RS. Karena bagaimana pun juga bagi si sakit “menunggu adalah pekerjaan sangat membosankan.”

Senin, 04 Juni 2012

SKM itu apa sih ??

Waktu itu gw masih berstatus mahasiwa semester 4 di FKM UNHAS yang sedang mengikuti kuliah PBL di satu dusun di wilayah Bantaeng Sulawesi Selatan. Dalam Pengalaman Belajar Lapangan yang gw jalani selama 2 minggu ini, ada banyak kisah lucu dan menyebalkan yang  jika sekarang gw ingat jatuhnya cuma bisa bikin senyum. Salah satu adalah seringnya gw dan teman-teman mendapatkan pertanyaan, “FKM dan SKM itu apa?”

Seperti kejadian waktu gw berkunjung ke rumah warga untuk survey kesehatan, seorang Ibu bertanya “ Anak UNHAS yah nak”
dengan sopan  gw  menjawab ” iya bu…”
“jurusan apa” tanya si ibu lagi.
“FKM bu.. kesehatan masyarakat”
“oohh dokter ya… atau perawat… Apa bidan…??”
(aaaaaaarrrrrrrrrrgggghhhhh)

Begitulah kira-kira percakapan yang sering dilalui oleh teman–teman mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat, yang lulusannya akan menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Sakit memang ketika kita dengan bangganya menyandang gelar seorang mahasiswa yang notabene masyarakat intelektual, yang memiliki tugas sebagai agent of change dan agent of social control , namun masyarakat tidak mengenali jurusan kita.

Lantas apa sebenarnya tugas dari Sarjana Kesehatan Masyarakat itu?
FKM atau secara internasional dikenal dengan Public Health Faculty adalah fakultas yang melahirkan tenaga kesehatan yang bekerja dalam bidang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Sederhananya seorang sarjana kesehatan lah yang bertugas dan bertanggung jawab agar masyarakat tidak sakit melalui promosi kesehatan yang menyampaikan pesan bagaimana cara agar masyarakat MAU dan MAMPU untuk meningkatkan derajat kesehatannya sendiri.

Bagaimana caranya?
Di FKM sendiri terdiri dari 7 peminatan. Peminatan disini seperti konsentrasi atau pembagian jurusan, lebih spesifik lagi.

Administrasi Kebijakan Kesehatan : Spesifikasi analisa kebijakan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dan pelayanan publik pada dunia kesehatan.
Promosi Kesehatan : Spesifikasi untuk merencanakan program, merencanakan pendidikan kesehatan dan mempromosikan program program dan cara-cara untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Epidemiologi : spesifikasi bagaimana terjadinya penyakit dan pemutusan rantai penularan dan kejadian penyakit serta kasus kasus penyakit.
Kesehatan Lingkungan : spesifikasi pada pencemaran tanah air udara dan penanggulangannya.
Biostatistik : pada data data kesehatan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja : Spesifikasi Kesehatan dan keselamatan masyarakat pekerja bik sektor informan maupun formal.
Manajemen Rumah Sakit : Spesifikasi pada Lingkup Perumah Sakitan, terutama dalam  proses planning, organizing,  actuating, evaluating dan controlling segala sumber daya yang mendukung kinerja RS.

Jadi secara substansi dan kerja, seorang SKM akan sangat berbeda dengan dokter yang lebih bekerja pada bagian kuratif (pengobatan) di dunia kesehatan. Sedangkan seorang perawat bekerja dalam bidang rehabilitatif yaitu penyembuhan.

Saat ini sarjana kesehatan masyarakat sangat banyak dibutuhkan setelah disadari bahwa dari seluruh masyarakat. jumlah orang sakit hanya sekitar 15-20%. sisanya sekitar 85-80% lagi merupakan orang sehat. yang jika tidak dijaga kesehatannya akan sakit juga.

Jadi SKM harus mampu  mengajak masyarakat 85-80% tadi untuk menjaga kesehatannya, yang dimulai dengan personal higiene nya terlebih dahulu. kemudian  menyehatkan sekitarnya sehingga meminimalisir penularan penyakit dan kejadian penyakit.

Jadi sekali lagi, SKM itu berbeda dengan dokter dan perawat.

Minggu, 03 Juni 2012

Kamu Cantik

Don't cry, don't be shy
Kamu cantik apa adanya
Sadari syukuri dirimu sempurna
Jangan dengarkan kata mereka
Dirimu indah pancarkan sinarmu


You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu
You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik cantik dari hatimu

Tahukah dirimu berbeda istimewa

Kau bisa membuat mereka jatuh cinta

You are beautiful, beautiful, beautiful

Kamu cantik cantik dari hatimu
You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik cantik dari hatimu
(Cherry Belle - You Are Beautiful)


Beberapa hari yang lalu gw sempat  menjadi tempat curahan hati teman gw via handphone soal mantannya yang katanya sudah punya seseorang yang baru. Dia cerita gebetan mantannya jauh lebih cantik dari dia, menurutnya pantas saja jika mantannya berpaling ke perempuan tersebut. Cerita teman gw ini sama dengan yang pernah gw alami, gw merasa minder mantan gw (saat itu masih pacar) tega selingkuh hanya karena dia jauh lebih cantik dari gw. Tapi sekarang gw udah ga mikir seperti itu lagi. Gw sudah sepenuhnya sadar yang namanya cantik fisik hanya sesaat saja, jika umur bertambah maka kecantikan itu akan lenyap dimakan usia.
Kecantikan yang kekal adalah kecantikan yang berasal dari hati. Lo cantik dari tingkah laku, dari perbuatan yang bermanfaat bagi orang lain. Jika ingin awet muda secara alami maka perbanyaklah tersenyum, membuat orang lain bahagia dan selalu menunggu-nunggu kehadiran lo bukanlah itu menyenangkan?. Penilaian yang objektif bukan berasal dari siapa yang berbicara namun dari apa yang dibicarakannya. 

Gw ngutip dikit dari kata-kata mbak Asma Nadia, "cantik itu ada di segala usia, lahir dari hati yang menerima kehendakNya, tanpa kehilangan rasa syukur". Seperti lirik lagu Cherry Belle yang jadi pembuka tulisan gw ini, “kamu cantik dari hatimu”, so jangan minder lagi dengan keadaan fisik lo, setiap wanita itu cantik, dan kecantikan itu akan tetap bersinar jika apa yang lo lakukan berasal dari hati lo. 

Sesuatu yang berasal dari hati, akan selalu menyentuh hati bukan?