Senin, 15 Juli 2013

Eksotisme Rammang Rammang

Ngabuburit hari ini gw isi dengan "mencuci mata, otak dan hati" ke kawasan karts Rammang Rammang di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros. Kepergian gw kali ini memang dadakan, bisa dibilang tidak direncanakan dan hanya ditemani 5 kawan dari Penyala Makassar. Oh iyah awal keinginan gw pergi ke Rammang-Rammang dipicu setelah menyaksikan tayangan Ring Of Fire Adventure.


Kembali ke judul Eksotisme Rammang-Rammang, memasuki wilayah pedesaan Salenrang, mata sudah dimanja. Di bawah langit biru teduh, hamparan sawah yang mulai menguning dengan latar belakang gugusan karst dan rumah-rumah kayu penduduk membuat gw tidak berhenti mengucapkan "Subhanallah".
Setelah menemukan tempat parkir kendaraan, berenam kami berjalan santai sejauh setengah kilometer menuju dermaga sungai yang di kanan kirinya tumbuh pohon nipah. Di dermaga rupaya kami kalah cepat mendapatkan perahu sampan oleh wisatawan asing.


Setelah berusaha meyakinkan Hendra, akhirnya kami sepakat untuk meneruskan perjalanan menuju ke Telaga Bidadari. Petualangan seru dimulai, tersasar ke lahan sawah, bersusah payah melewati lumpur, melewati sungai dangkal, rawa-rawa dengan variasi kedalaman setengah meter hingga setinggi pinggang, naik turun bukit, sandal jepit yang berkali-kali tenggelam di lumpur pijakan dan nyari putus akhirnya kami semua bisa berseru Alhamdulillah.

Di hadapan kami tersaji sebuah telaga yang airnya jernih dan segar, tidak ada satupun ikan yang nampak berenang. Telaga yang tersembunyi diantara tebing. Jika kami semua sedang tidak dalam ibadah ramadhan, gw yakin kami semua sudah pasti berenang di Telaga bidadari.


Puas berfoto-foto dan kompaknya pemikiran khawatir akan turun hujan deras yang akan membuat sungai yang harus kami lewati pasang, kami akhirnya memutuskan beranjak pulang. Sama seperti saat mencari telaga, untuk mencari rute pulang pun kami tetap nyasar, hingga terpaksa menerobos rawa-rawa yang lumayan luas. "Kalau tidak nyasar, kita tidak akan menemukan jalan lain" kata Hendra begitu tiba di sebuah surau di tengah dusun. Di Surau kami membersihkan diri, shalat lalu istrahat sejenak menunggu hujan reda.

Sekitar setengah jam kami kembali berjalan menuju tempat mobil terparkir. Saat berjalan kami kadang menjumpai monyet-monyet liar yang mengintai tanaman pisang warga. Kadangpula kami berhenti sesekali melihat ikan-ikan warga di tambak alami.

Sesi berfoto kami lanjutkan di karst yang memang jadi tujuan utama kami. Perjalanan ke dalam gua-gua karst menjadi tidak mudah karena genangan air di sekitar karst sudah melewati lutut dan lumpur yang kami pijak semakin dalam. Kembali kami terpaksa harus melepas sendal. Celah-celah batu ini mengingatkan gw kawasan Canyon Park di film 127 hours. Lorong-lorong di sepanjang bebatuan menjulang ini semuanya digenangi air, adapula ikan-ikan yang berenang bebas seolah menyambut kami.




Puas menjelajah di Karst, kami memilih istrahat sejenak di rumah warga sambil bersih-bersih (lagi). Sungguh perjalanan kali ini membuat rasa penasaran kami akan Rammang-Rammang sedikit terlunasi. Mungkin saat musim kemarau gw akan ke sana lagi, entah dengan siapa. Dengan Lo, mungkin? :D


Di dalam angkot, 14 Juli 2013

-NSNS-

1 komentar:

  1. Sering ke Maros namun agenda ke Rammang-rammangnya belum pernah terealisasi.. :) makin termotivasi dan bertambah referensi setelah liat foto-fotonya, nice :)

    BalasHapus