Kalau pada postingan terdahulu gw
ngebahas dengan siapa kira-kira gw akan berjodoh, maka kali ini gw mau sedikit
share ketakutan gw untuk segera menikah.
Entah mengapa bulan november berasa jadi bulan walimahan. Undangan walimahan yang gw dapat jadi dua kali lipat bulan-bulan sebelumnya. Dan akhirnya pembicaraan
dengan teman-teman kantor, kampus, teman
SMA bahkan keluarga pun seputar pernikahan dan lamaran. Diantaranya obrolan
seputar sindrom pra nikah yang dialami
oleh sahabat gw sendiri, teman kerja sahabat gw.
Sedikit berbagi cerita, beberapa
hari lalu sahabat gw yang berencana melangsungkan pernikahan juga terkena
sindrom pra nikah. Dia tiba-tiba ragu untuk menikah. Mungkin gw akan tenang menghadapinya seandainya sahabat gw
ini perempuan, masalahnya sahabat gw ini laki-laki. Laki-laki jarang banget
terkena sindrom seperti ini. Beberapa hari menjelang akad tiba-tiba gw dapat
sms yang isinya dia ingin menunda pernikahannya deengan alasan pasangannya
masih membawa sifat egoisnya dan menurutnya hal tersebut telah melampaui batas
kesabarannya. Setelah gw mencoba mengajaknya berbicara, dia hanya berkata minta
waktu untuk sendiri. Saat itu gw benar-benar khawatir. Tapi syukurlah di H-1
acara nikahan dia pulang juga dan akhirnya menikahi kekasihnya.
Lain lagi cerita dari sahabat gw,
teman kantornya setelah dilamar malah memilih membatalkan pernikahan dan
mengembalikan “uang belanja” atau dalam adat Makassar dan Bugis dikenal dengan
istilah “Uang Panaik”. Ada juga yang mengalami sindrom pra nikah berpikir untuk
mengembalikan uang panaik lalu kabur dengan mantan pacarnya. Di lain hari ada juga yang curhat ke gw dia ga yakin nikah dengan pacarnya meskipun telah dilamar karena mengaku, orangtua pacarnya masih sering membandingkan dirinya dengan mantan pacar anaknya.
Hal-hal ini yang ngebuat gw jadi
agak takut menghadapi kata nikah. Karena
bagi gw masalah pernikahan adalah masalah besar, Jika diridhoi gw maunya sekali
seumur hidup. Tidak orang yang mau menikah kemudian pada akhirnya harus
bercerai dan memulai lagi sesuatu yang baru dengan pasangan yang lain. Masalah
pernikahan memerlukan pemikiran yang matang dan terencana.
Gw ingat kalimat ibu, “Pernikahan
bukan cuma menyatukan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga. Syukur kalau
keluarganya dari latar belakang yang sama, entah kebudayaan atau status
sosialnya, kalau tidak yah butuh usaha yang maksimal agar keduanya bisa saling
menerima dan melengkapi. Menikah kalau bisa cuma sekali untuk seumur hidup,
nak. Jadi saat kamu berencana menikah pikirkan dulu dengan baik apa dia yang
terbaik untuk kamu?. Apa dia yang kamu cari selama ini?. Apa dia yang kamu
butuhkan?. Dan jika dia yang kamu pilih memang yang kamu butuhkan, akan ada
jalannya bagia kalian berdua. Keraguan jelang pernikahan mungkin saja ada, tapi
apapun itu jika niat awal kalian nikah untuk ibadah, maka semuanya akan
dimudahkan olehNYA”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar