Minggu, 18 November 2012

Keraguan Menjelang Pernikahan

Kalau pada postingan terdahulu gw ngebahas dengan siapa kira-kira gw akan berjodoh, maka kali ini gw mau sedikit share ketakutan gw untuk segera menikah.

Entah mengapa bulan november berasa jadi bulan walimahan. Undangan walimahan yang gw dapat jadi dua kali lipat bulan-bulan sebelumnya. Dan akhirnya pembicaraan dengan teman-teman kantor,  kampus, teman SMA bahkan keluarga pun seputar pernikahan dan lamaran. Diantaranya obrolan seputar  sindrom pra nikah yang dialami oleh sahabat gw sendiri, teman kerja sahabat gw. 

Sedikit berbagi cerita, beberapa hari lalu sahabat gw yang berencana melangsungkan pernikahan juga terkena sindrom pra nikah. Dia tiba-tiba ragu untuk menikah. Mungkin gw akan tenang menghadapinya seandainya sahabat gw ini perempuan, masalahnya sahabat gw ini laki-laki. Laki-laki jarang banget terkena sindrom seperti ini. Beberapa hari menjelang akad tiba-tiba gw dapat sms yang isinya dia ingin menunda pernikahannya deengan alasan pasangannya masih membawa sifat egoisnya dan menurutnya hal tersebut telah melampaui batas kesabarannya. Setelah gw mencoba mengajaknya berbicara, dia hanya berkata minta waktu untuk sendiri. Saat itu gw benar-benar khawatir. Tapi syukurlah di H-1 acara nikahan dia pulang juga dan akhirnya menikahi kekasihnya.

Lain lagi cerita dari sahabat gw, teman kantornya setelah dilamar malah memilih membatalkan pernikahan dan mengembalikan “uang belanja” atau dalam adat Makassar dan Bugis dikenal dengan istilah “Uang Panaik”. Ada juga yang mengalami sindrom pra nikah berpikir untuk mengembalikan uang panaik lalu kabur dengan mantan pacarnya. Di lain hari ada juga yang curhat ke gw dia ga yakin nikah dengan pacarnya meskipun telah dilamar karena mengaku, orangtua pacarnya masih sering membandingkan dirinya dengan mantan pacar anaknya.

Hal-hal ini yang ngebuat gw jadi agak takut menghadapi kata nikah.  Karena bagi gw masalah pernikahan adalah masalah besar, Jika diridhoi gw maunya sekali seumur hidup. Tidak orang yang mau menikah kemudian pada akhirnya harus bercerai dan memulai lagi sesuatu yang baru dengan pasangan yang lain. Masalah pernikahan memerlukan pemikiran yang matang dan terencana. 

Gw ingat kalimat ibu, “Pernikahan bukan cuma menyatukan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga. Syukur kalau keluarganya dari latar belakang yang sama, entah kebudayaan atau status sosialnya, kalau tidak yah butuh usaha yang maksimal agar keduanya bisa saling menerima dan melengkapi. Menikah kalau bisa cuma sekali untuk seumur hidup, nak. Jadi saat kamu berencana menikah pikirkan dulu dengan baik apa dia yang terbaik untuk kamu?. Apa dia yang kamu cari selama ini?. Apa dia yang kamu butuhkan?. Dan jika dia yang kamu pilih memang yang kamu butuhkan, akan ada jalannya bagia kalian berdua. Keraguan jelang pernikahan mungkin saja ada, tapi apapun itu jika niat awal kalian nikah untuk ibadah, maka semuanya akan dimudahkan olehNYA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar